Siapa sih Fuaad Achmad?

Kamis, 12 Juli 2012

Tradisi Maulid Nabi

Jum'ad, 13 Juli 2012


Assalamualaikum Wr. Wb.
Saat Nabi wafat, kota madinah bising dengan suara tangisan umat islam. tidak berselang lama dari wafatnya Nabi, ada seorang arab badui datang ke madinah untuk menemui nabi. rupanya dia belum mendengar kabar tentang wafatnya kekasih dan rasul Allah itu.

Dia kemudian mendatangi Umar bin Khattab untuk menanyakan akhlak Nabi. Umar yang reda kesedihannya sepeninggal Nabi hanya bisa menangis. bibirnya tak sanggup berkata apa-apa. dia hanya mampu menyuruh seorang badui itu pergi menemui Bilal bin Rabah.

Sesampainya di hadapan Bilal, lelaki itu mengajukan permintaan yang sama. Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apa pun tentang Nabi sesuai permintaan lelaki itu. dia pun menyuruhnya untuk menjumpai Ali bin Abi Thalib.

Rasa heran mulai menggelanyut di dalam benak orang badui itu. sikap sahabat-sahabat senior itu benar-benar tidak dapat di pahaminya. kenapa bukan jawaban yang diberikan, justru air mata yang mereka suguhkan. kalau mereka sahabat setia Nabi tentu mereka mampu menuturkan tentang Nabi sesuai permintaannya.

Dengan berharap-harap cemas si badui itu berangkat menemui Ali. "Ceritakan kepada ku keindahan dunia ini !" jawab Ali terhadap pertanyaan si badui dengan linangan air mata. si badui menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini." Ali kemudian menegaskan, "Kamu tak sanggup menceritakan keindahan dunia ini, padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Nabi, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung ! (QS. al-Qalam [68] : 4)

Jawaban Ali tersebut belum memuaskan si badui, hingga dia pergi menemui Siti Aisyah. istri Nabi yang akrab disapa khumaira' hanya menjawab, "Huluquhu al-Qur'an (akhlak-nya adalah al-Qur'an)." Aisyah kemudian menyarankannya untuk membaca dengan seksama surat al-Mu'minun [23] : 1-11.

Begitulah sepenggal kisah tentang kesan mendalam yang dialami para sahabat bersama Nabi semasa hidupnya. kecintaan yang mendalam kepada Nabi mendalamkan kesan yang terpatri dalam benaknya. lantas bisakah umat Islam yang tidak menjumpai Nabi semasa hidupnya menaruh rasa cinta yang amat besar hingga membekaskan kesan yang mendalam ?.

Jawabannya tentu bisa. salah satu upaya untuk memberikan dorongan psikologis untuk memperkuat keberislaman adalah dengan memperingati hari lahir (maulid) Nabi.

Tradisi maulid bermula atas prakarsa Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang memerintah Mesir dan Syiria pada tahun 564-589 M/1169-1193 H pada Dinasti Bani Ayyub, setingkat Gubernur dengan pusat kesultanan berada di kota Kairo, Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.

Seruan merayakan maulid ini disampaikannya pertama kali pada musim Haji tahun 579 H (1183 Masehi). sebagai penguasa dua tanah suci kala itu, atas persetujuan khalifah Bani Abbas di Baghdad, Shalahuddin mengimbau agar seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia untuk segera mensosialisasikan kepada umat Islam di kampung halaman masing-masing.

Tujuan utama merayakan tradisi ini yang disampaikan Shalahuddin pada saat itu adalah untuk membangkitkan semangat juang umat Islam yang kala itu mengalami kehilangan semangat dan mempererat persaudaraan (Ukhuwah) ketika terjadi perang salib.

Seruan Shalahuddin tersebut mendapat tentangan dari para ulama. akan tetapi dia kemudian menegaskan bahwa perayaan maulid Nabi hanyalah kegiatan untuk menyemarakkan syiar agama, sehingga tidak dapat dikategorikan bid'ah yang terlarang.

Salah satu kegiatan yang diadakan Shalahuddin pada peringatan maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan sirah Nabi beserta puji-pujian. pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syeh Ja'far al-Barzanji, karyanya yang di kenal sebagai al-Barzanji sampai sekarang sering dibaca oleh umat Islam di kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi, di samping al-Diba'i dan al-Burdah.


Sumber: http://www.selullerpulsa.com/2010/02/tradisi-maulid-nabi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar