Jum'ad, 13 Juli 2012
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saat Nabi wafat, kota madinah bising
dengan suara tangisan umat islam. tidak berselang lama dari wafatnya
Nabi, ada seorang arab badui datang ke madinah untuk menemui nabi.
rupanya dia belum mendengar kabar tentang wafatnya kekasih dan rasul
Allah itu.
Dia kemudian
mendatangi Umar bin Khattab untuk menanyakan akhlak Nabi. Umar yang reda
kesedihannya sepeninggal Nabi hanya bisa menangis. bibirnya tak sanggup
berkata apa-apa. dia hanya mampu menyuruh seorang badui itu pergi
menemui Bilal bin Rabah.
Sesampainya di hadapan Bilal, lelaki itu
mengajukan permintaan yang sama. Bilal pun menangis, ia tak sanggup
menceritakan apa pun tentang Nabi sesuai permintaan lelaki itu. dia pun
menyuruhnya untuk menjumpai Ali bin Abi Thalib.
Rasa heran mulai
menggelanyut di dalam benak orang badui itu. sikap sahabat-sahabat
senior itu benar-benar tidak dapat di pahaminya. kenapa bukan jawaban
yang diberikan, justru air mata yang mereka suguhkan. kalau mereka
sahabat setia Nabi tentu mereka mampu menuturkan tentang Nabi sesuai
permintaannya.
Dengan berharap-harap cemas si badui itu berangkat
menemui Ali. "Ceritakan kepada ku keindahan dunia ini !" jawab Ali
terhadap pertanyaan si badui dengan linangan air mata. si badui
menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan
dunia ini." Ali kemudian menegaskan, "Kamu tak sanggup menceritakan
keindahan dunia ini, padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia
ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat
melukiskan akhlak Nabi, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh
Muhammad memiliki budi pekerti yang agung ! (QS. al-Qalam [68] : 4)
Jawaban
Ali tersebut belum memuaskan si badui, hingga dia pergi menemui Siti
Aisyah. istri Nabi yang akrab disapa khumaira' hanya menjawab, "Huluquhu
al-Qur'an (akhlak-nya adalah al-Qur'an)." Aisyah kemudian
menyarankannya untuk membaca dengan seksama surat al-Mu'minun [23] :
1-11.
Begitulah sepenggal kisah tentang kesan mendalam yang
dialami para sahabat bersama Nabi semasa hidupnya. kecintaan yang
mendalam kepada Nabi mendalamkan kesan yang terpatri dalam benaknya.
lantas bisakah umat Islam yang tidak menjumpai Nabi semasa hidupnya
menaruh rasa cinta yang amat besar hingga membekaskan kesan yang
mendalam ?.
Jawabannya tentu bisa. salah satu upaya untuk
memberikan dorongan psikologis untuk memperkuat keberislaman adalah
dengan memperingati hari lahir (maulid) Nabi.
Tradisi maulid
bermula atas prakarsa Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang memerintah
Mesir dan Syiria pada tahun 564-589 M/1169-1193 H pada Dinasti Bani
Ayyub, setingkat Gubernur dengan pusat kesultanan berada di kota Kairo,
Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan
Semenanjung Arabia.
Seruan merayakan maulid
ini disampaikannya pertama kali pada musim Haji tahun 579 H (1183
Masehi). sebagai penguasa dua tanah suci kala itu, atas persetujuan
khalifah Bani Abbas di Baghdad, Shalahuddin mengimbau agar seluruh
jamaah haji dari berbagai penjuru dunia untuk segera mensosialisasikan
kepada umat Islam di kampung halaman masing-masing.
Tujuan utama
merayakan tradisi ini yang disampaikan Shalahuddin pada saat itu adalah
untuk membangkitkan semangat juang umat Islam yang kala itu mengalami
kehilangan semangat dan mempererat persaudaraan (Ukhuwah) ketika terjadi
perang salib.
Seruan Shalahuddin tersebut mendapat tentangan dari para ulama. akan tetapi dia kemudian menegaskan bahwa perayaan maulid Nabi hanyalah kegiatan untuk menyemarakkan syiar agama, sehingga tidak dapat dikategorikan bid'ah yang terlarang.
Salah
satu kegiatan yang diadakan Shalahuddin pada peringatan maulid Nabi
yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara
penulisan sirah Nabi beserta puji-pujian. pemenang yang menjadi juara
pertama adalah Syeh Ja'far al-Barzanji, karyanya yang di kenal sebagai
al-Barzanji sampai sekarang sering dibaca oleh umat Islam di
kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi, di samping al-Diba'i dan al-Burdah.
Sumber: http://www.selullerpulsa.com/2010/02/tradisi-maulid-nabi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar